POIN NEWS – Sebulan penuh melaksanakan ibadah puasa tentu ketakwaan yang seharusnya didapat.
Setiap muslim mematuhi ketentuan agama untuk keselamatan hidup di dunia dan akherat.
Aturan syari’at membawa ketenangan hidup pribadi, rumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Agama adalah celupan Ilahi untuk kebahagiaan hakiki.
Baca Juga:
Prabowo Sebut Muhammadiyah Luar Biasa, Punya 167 PT, 5.345 Sekolah dan Madrasah serta 440 Pesantren
Usai Periksa Remaja Pelaku Pembunuhan Ayah dan Neneknya di Jaksel, Polisi Ungkap Hasil Tes Urine
Prabowo Subianto Beri Pesan kepada Kepala Daerah Terpilih: Bekerja untuk Rakyat, Layani Rakyat
Muslim meyakini bahwa agama bukan hanya urusan ibadah seperti shalat, puasa atau haji tetapi juga memasuki area lain.
Seperti menyejahterakan masyarakat, menegakkan keadilan, maupun menunaikan amanah jabatan.
Itu semua adalah kewajiban agama yang akan diminta pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT.
Islam adalah agama yang diridloi Allah SWT. Bersifat universal. Perbedaan kultural tidak menyebabkan adanya Islam Arab, Islam Eropa ataupun Islam Nusantara.
Baca Juga:
Sebanyak 24 Orang Jadi Tersangka Kasus Judi Online yang Libatkan Oknum Pegawai Kementerian Komdigi
Prabowo Subianto dan Raja Inggris Charles III Bicarakan Terkait Kerjasama Pelestarian Lingkungan
Tidak ada pula Islam hijau, Islam belang-belang, Islam hitam ataupun Islam merah putih. Islam berwarna terang yang menjadi cahaya bagi para pengikutnya.
Beragama Islam itu jauh dari ruang abu abu, remang-remang, apalagi gelap. Islam agama yang mengeluarkan dari kegelapan.
Adanya sebutan Puan Maharani tentang Islam merah putih adalah fikiran keliru alias ngawur.
Baca Juga:
Perwakilan Kerajaan Inggris Sambut Presiden Prabowo Subianto Saat Tiba di London
SMSI Tunjuk Direktur Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI) Sebagai Anggota Divisi Humas SMSI
Bahwa Islam merah putih itu untuk menyeimbangkan antara nasionalisme dan agama adalah tidak relevan, sebab bagi seorang muslim nasionalisme adalah bagian dari agama.
Memilah keduanya merupakan pandangan sekular dan agama Islam sangat menentang sekularisme.
Islam merah putih adalah sekuler dan itu bukan Islam. Merah putih ya merah putih, Islam ya Islam. Cara pandang Puan bukan brilyan tetapi sesat dan menyesatkan.
Bahayanya kita mundur kembali pada dikhotomi sebagaimana di awal perdebatan ideologi negara antara kelompok kebangsaan (merah) dan kelompok Islam (putih).
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Islam merah putih memecah belah dan memojokkan umat Islam. Beranggapan ada yang salah pada umat Islam selama ini. Dinilai tidak merah putih.
Katanya itu untuk mencegah politik identitas. Anehnya politik Islam saja yang disebut dengan politik identitas lho yang sekuler, kristiani, sosialis, komunis, pragmatis, nasionalis bukan politik identitas? Konyol.
Lebih celaka jika yang dimaksud Islam merah putih adalah Islam yang ada di komunitas PDIP sedangkan selainnya bukan Islam merah putih.
Pendekatan segmenter dari kategorisasi Islam seperti ini tentu menyesatkan.
Sudahlah mbak Puan di akhir Ramadhan ini tidak perlu membuat gaduh umat dan bangsa dengan diksi atau narasi yang aneh-aneh dan tidak adekuat.
Jika memahami Islam itu standar-standar saja hendaknya tidak perlu menyentuh pemaknaan keagamaan yang terlalu jauh dan dalam, apalagi dibuat-buat untuk kepentingan politik sesaat.
Islam merah putih itu mengada-ada dan meracuni. Islam merah putih hanya tipu duniawi, buatan Puan Maharani.
Ketahuilah bahwa Islam dari Ilahi yang akan dibawa sampai mati. Selamat Iedul Fitri. Selamat kembali ke fitrah Islami.
Bukan Islam merah atau Islam putih. Bukan pula Islam merah putih. Islam itu bukan bendera.
Opini: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.***