Istilah Ini Lagi Ngetop, Biar Kita Lebih Paham, Mari Kita Bahas Apa Sih Subsidi Ini?

- Pewarta

Selasa, 6 September 2022 - 10:13 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Uang BLT BBM.  (Pexels.com/ahsanjaya)

Ilustrasi Uang BLT BBM. (Pexels.com/ahsanjaya)

POIN NEWS – Misal, harga cilok internasional adalah Rp 20.000. Kemudian harga keekonomian cilok adalah Rp 14.000. Lantas cilok dijual ke rakyat Rp 8.000.

Yuks, dukung promosi kota/kabupaten Anda di media online ini dengan bikin konten artikel dan cerita seputar sejarah, asal-usul kota, tempat wisata, kuliner tradisional, dan hal menarik lainnya. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

Maka, berapa sih subsidi cilok? Dari selisih 20.000 ke 8.000? Atau dari selisih 14.000 ke 8.000? Atau jangan-jangan sebenarnya tidak ada subsidinya? Ooh, kok bisa?

Nah, inilah rahasia kecil tentang subsidi. Kenapa? Karena sejak kemarin-kemarin tidak ada yang membahas biaya produksi. Heh, cilok ini bukannya kita produksi sendiri?

Masa’ tinggal ngeduk, dijual dgn harga Internasional? Apalagi dijual sesuai maunya nilai keekonomian perusahaan yg jual?

Karena boleh jadi, biaya ngeduk itu cilok cuma Rp 5.000. Jadi, apanya yg disubsidi? Malah masih untung Rp 3.000!

Paham tidak?

Dalam setiap isu subsidi, kita hanya sibuk bahas harga internasional. Harga keekonomian. Tidak ada yang bahas tentang ssst, bukankah itu cilok ngeduk di tanah rakyat semua?

Lelah memang bicara soal subsidi ini jika kacamatanya selalu bisnis, selalu laba, jual beli ke rakyat.

Karena jika ini logikanya, saat harga minyak goreng 14.000, wah, pemerintah merasa sudah suangat mensubsidi.

Perusahaan-perusahaan sawit sudah merasa suangat hero, mensubsidi. Dia lupa, itu sawit ditanam di tanah milik rakyat.

Biaya bikin minyak gorengnya paling cuma 10.000. Tapi kan, tapi kan harga nginternasional 28.000. Saya mau jual nginternasional. Saya subsidi loh 14.000 itu.

Paham?

Inilah kisah tentang negeri. Yang gas alamnya melimpah kaya raya, tapi LPG impor. Dan saat dijual ke rakyat, pemerintah mengklaim subsidi habis-habisan.

Tiada guna saja ‘gas alam melimpah ruah’. Dan mereka selaluuu saja ada alasan, argumen, penjelasan, oh itu karena bla bla bla…

Peluang bagi aktivis pers pelajar, pers mahasiswa, dan muda/mudi untuk dilatih menulis berita secara online, dan praktek liputan langsung menjadi jurnalis muda di media ini. Kirim CV dan karya tulis, ke WA Center: 087815557788.

Pun BBM, meskipun produksi minyak terus turun, ketahuilah, kita itu tetap sebagian besar ngeduk minyak dari tanah rakyat sendiri. Cuma begitulah, muter-muter dulu itu minyak. Biar cuan.

Jadilah Indonesia impor BBM dari Singapura yg secuil pun tak punya minyak. Tapi kan tapi kan… Sibuk tapi.

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

Lupa jika itu tugas kamu biar jadi simpel dan menguntungkan rakyat! Giliran rebutan kekuasaan, semangat.

Disuruh mikir solusi, eh malah minta ke rakyat solusinya. ‘Jangan kritik doang, kasih solusinya’.

Investor yang serius bisa mendapatkan 100% kepemilikan media online dengan nama domain super cantik ini. Silahkan ajukan penawaran harganya secara langsung kepada owner media ini lewat WhatsApp: 08557777888.

Sejak dulu, teruuuus saja impor BBM dari Singapura (yang minyaknya dari Indonesia juga). Lelet solusinya.

Hampir 10 tahun berkuasa, tetap lelet juga. Kapan kilangmu itu siap proses sendiri semua?

Berpuluh tahun, direksi, komisaris ini ngapain saja sih? Giliran tantiem nyaris setengah trilyun setahun, baru cepat.

Mafia? Ow, masih ada mafia di sana?

Oleh: Tere Liye, penulis novel ‘Bedebah Di Ujung Tanduk’.****

Berita Terkait

Investor Masih Berharap pada Stabilitas, CSA Index Februari 2025 Turun, Sentimen Pasar Cenderung Menurun
Kejar Swasembada Pangan, Provinsi NTT Targetkan Pertanaman Sekitar 188.000 Hektare Lahan di 2025
Wamentan Sudaryono Pastikan Daging Sapi dan Kerbau Aman dan Terkendali, Jelang Bulan Suci Ramadhan
Baru Pertama Kali Kantor Pusat Kementan di Ragunan Dikunjungi Kepala Negara, Jadi Tonggak Sejarah Pertanian
Aktifkan Pengecer untuk Berjualan Gas LPG 3 Kg Lagi, Prabowo Subianto Disebut Dasco Sudah Minta Bahlil
Kementerian Pertanian Perkuat Sinergi untuk Percepatan Swasembada Jagung di Kalimantan Tengah
Upaya agar Petani Naik Kelas Terùs Dilakukan dengan Dorong Penyerapan Gabah dan Beras oleh Bulog
Aksi Pemagaran Laut Dicurigai untuk Bangun Lahan Reklamasi, Sertifikat Laut Merupakan Tindakan Ilegal
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Sabtu, 8 Februari 2025 - 14:36 WIB

Investor Masih Berharap pada Stabilitas, CSA Index Februari 2025 Turun, Sentimen Pasar Cenderung Menurun

Kamis, 6 Februari 2025 - 14:42 WIB

Kejar Swasembada Pangan, Provinsi NTT Targetkan Pertanaman Sekitar 188.000 Hektare Lahan di 2025

Kamis, 6 Februari 2025 - 09:17 WIB

Wamentan Sudaryono Pastikan Daging Sapi dan Kerbau Aman dan Terkendali, Jelang Bulan Suci Ramadhan

Selasa, 4 Februari 2025 - 14:35 WIB

Baru Pertama Kali Kantor Pusat Kementan di Ragunan Dikunjungi Kepala Negara, Jadi Tonggak Sejarah Pertanian

Sabtu, 1 Februari 2025 - 14:12 WIB

Kementerian Pertanian Perkuat Sinergi untuk Percepatan Swasembada Jagung di Kalimantan Tengah

Sabtu, 25 Januari 2025 - 07:17 WIB

Upaya agar Petani Naik Kelas Terùs Dilakukan dengan Dorong Penyerapan Gabah dan Beras oleh Bulog

Rabu, 22 Januari 2025 - 11:30 WIB

Aksi Pemagaran Laut Dicurigai untuk Bangun Lahan Reklamasi, Sertifikat Laut Merupakan Tindakan Ilegal

Selasa, 7 Januari 2025 - 07:42 WIB

Di Kabupaten Banyuwangi, Wamentan Sudaryono Ajak Petani Milenial Ikut Percepat Swasembada Pangan

Berita Terbaru