POINNEWS.COM – Perdana Menteri Australia Anthony Albanese melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Cina Xi Jinping di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Selasa 15 November 2022.
Pertemuan tersebut menjadi pertemuan pertama antara pemimpin kedua negara sejak tahun 2016. Dalam pertemuannya tersebut, keduanya membahas mengenai masalah perdagangan, konsuler, dan hak asasi manusia.
Albanese mengatakan dalam pertemuan tersebut ia mengangkat isu tarif Cina dan larangan barang-barang Australia.
Isu tersebut pertama kali dilontarkan pada tahun 2020 sebagai tanggapan atas seruan Australia untuk penyelidikan tentang asal-usul Covid-19.
Baca Juga:
Detik-detik Presiden Prabowo Subianto Rayakan Gol Timnas Indonesia yang Dicetak Ole Romeny
KPK akan Periksa Mantan Gubernur Jabar Ridwan Kamil Setelah Lebaran, Kasus Pengadaan Iklan BJB
Soal Honor dari Mantan Mentan SYL Berasal Uang Korupsi, Pengacara Febri Diansyah Beri Tanggapan
“Saya mengedepankan posisi Australia dalam hal pemblokiran dalam hubungan perdagangan kami,” kata Albanese dalam konferensi persnya, Selasa 15 November 2022.
“Itu adalah diskusi yang positif,” sambungnya.
Pertemuan tersebut berlangsung saat kedua negara bekerja untuk meningkatkan hubungan yang dibayangi oleh perselisihan perdagangan Taiwan, hak asasi manusia, dan asal-usul wabah virus Covid-19.
“Australia mencari hubungan yang stabil dengan Cina. Kami memiliki perbedaan besar untuk dikelola tetapi kami akan selalu menjadi lebih baik jika kami berdialog,” ucap Albanese.
Baca Juga:
Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat Berusaha Tenangkan Pasar Menyusul Penurunan IHSG Secara Drastis
Termasuk Garibaldi Thohir, Prabowo Subianto Kenalkan Konglomerat kepada Investor Gloɓal Ray Dalio
CSA Index Maret 2025 Turun, Tapi Investor Percaya Momentum Ramadan Bisa Pulihkan Daya Beli
Sebagai informasi, hubungan Australia dengan Cina mulai memburuk pada tahun 2017.
Hal itu terjadi ketika Australia memperkenalkan undang-undang untuk menangani seseuatu yang disebut sebagai Chinese interference in Australian politics (Campur tangan Cina dalam politik Australia).
Selain itu, dua jurnalis Australia yaitu Cheng Lei dan Yang Hengjun juga dipenjara di Cina dan saat ini sedang menunggu hukuman setelah dilakukannya pengadilan secara tertutup.***
Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Poinnews.com, semoga bermanfaat.